Google

PopAds

Tampilkan postingan dengan label Teori Pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teori Pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 September 2013

Teori Behavioristik dalam Pembelajaran (1)

Proses pembelajaran adalah "pengkondisian klasik" (classical conditioning) yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dan "pengkondisian operan" (operant conditioning) yang dipelopori oleh Burrhus F. Skinner.
1. Pengkondisian Klasik dalam Pembelajaran
"Hukum Perkaitan" (Law of Association), menyebutkan suatu organisme akan teringat sesuatu karena sebelumnya telah mengalami suatu yang berkaitan dengannya. Berdasarkan hal tersebut, Pavlov mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pembentukan perkaitan antara Stimulus (S) dan respon (R).
Skema eksperimen Pavlov:
Sebelum Pengkondisian
STD (makanan)>>>>>>>>>>>> RTD (keluar air liur)
SD (lonceng)>>>>>>>>>>>>>> tak ada RD (air liur tidak keluar)
Selama Pengkondisian
SD (loncengg)+STD (makanan)>>>>>>>>>>RTD (keluar air liur)
Selepas Pengkondisian
SD (lonceng)>>>>>>>>>RD (keluar air liur)
Keterangan:
STD = Stimulus tak dikondisikan
SD = Stimulus dikondisikan
RTD = Respon tak dikondisikan
RD = Respon dikodisikan
Berdasarkan hasil eksperimennya, diperoleh kesimpulan berkenaan dengan beberapa cara perubahan tingkah laku, yang dapat juga digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Penguasaan (Acquisition)
Cara organisme mempelajari atau menguasai sesuatu respon baru yang berlangsung secara bertahap.
b. Generalisasi (Generalization)
Organisme itu dapat membuat generalisasi bahwa bunyi yang berlainan atau hampir sama mungkin diikuti dengan respon.
c. Diskriminasi (Discrimination)
Organisme dapat membedakan atau mendeskrimnasikan antara stimulus yang diberikan dan memilih untuk tidak merespon. ini berarti bahwa suatu organisme bisa merespon terhadap suatu stimulus tertentu, tetapi tidak kepada stimulus yang lain.
d. Penghapusan (Extinction)
Sekiranya sesuatu stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus yang tidak dikondisikan, lama kelamaan organisme itu tidak akan merespon. Ini berarti bahwa respon secara bertahap terhapus.
Sumber:
Asrosi, Prof.Dr.H.Mohammad, M.Pd. 2009.Psikologi Pembelajaran. Bandung:CV. Wacana Prima. 

Rabu, 13 Februari 2013

Guru (1)

Apakah itu guru ? 
Istilah "guru" sudah mendapat arti yang luas bagi masyarakat. semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepadaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut "guru", misalnya guru silat, guru mengetik, guru menjahit, bahkan ....... guru mencopet.
Dalam khazanah pemikiran Islam, istilah guru memiliki beberapa istilah, seperti "ustad", "muallim", "muaddib", dan "murabbi". Beberapa istilah untuk sebutan "guru" itu terkait dengan beberapa istilah untuk pendidikan, yaitu "ta'lim", "ta'dib", dan "tarbiyah". Istilah muallim lebih dekat menekankan guru sebagai pengajar da penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science); istilah muaddib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan; sedangkan istilah murabbi lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustad yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai "guru".
Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.

Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva.

Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh guru Sikh. Hanya ada sepuluh guru dalam agama Sikh. Guru pertama, Guru Nanak Dev adalah pendiri agama ini.
Orang India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.
Istilah guru sering dikaitkan dengan istilah bangsa sehingga menjadi guru bangsa. Guru bangsa adalah orang yang dengan keluasan pengetahuan, keteguhan komitmen, kebesaran jiwa dan pengaruh, serta keteladanannya dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan.
Di dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, disebutkan "guru" adalah pendidik profesional, dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dijelaskan juga, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Daftar rujukan:
  •  _____. 2009. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen/PP RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Surabaya: Penerbit Kesindo Utama Surabaya.
  • id.wikipedia.org
  • Marno, M.Pd. & M. Idris, S.Si. 2009. Strategi & Metode Pengajaran (Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif). Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
  • Purwanto, Drs. M. Ngalim, MP. 1997. Ilmu Pendidikan Toeritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung.